Jumat, 20 April 2012

Jika Mengedepankan Perasaan


Bisa jadi suatu tugas,pekerjaan atau pun suatu kesulitan, sebenarnya bisa atau bahkan mudah untuk kita selesaikan. Namun, seringkali itu tidak bisa terselesaikan dengan baik atau bahkan kita tidak melaksanakan sama sekali. Begitu pun dengan kesulitan yang sedang dihadapi berlalu begitu saja tanpa ada penyelesaian sama sekali.

Perasaan. Ya perasaan. Seringkali kita mengedepankan perasaan daripada berfikir bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan. Perasaan apa yang dimaksud? Rasa was-was yang berlebihan, merasa belum terbiasa, kok rasanya berat ya,rasa-rasanya saya tidak mungkin melakukannya,atau bermacam rasa-rasa yang lain. Jika perasaan-perasaan seperti itu lebih mendominasi, ketika kita dalam kesulitan maupun dalam menyelesaikan pekerjaan, maka yang kenyataannya mudah menjadi tampak sulit, yang sebenarnya mudah terurai bisa tampak rumit, yang sebenarnya bisa dipikir dengan santai,  bisa menjadi beban pikiran yang berat yang ujung ujungnya membuyarkan konsentrasi kita.

Jika suatu kesulitan menyapa dan kita segera berfikir untuk mencari solusi, maka kita akan segera mendapatkan jalan keluar yang terbaik dan kesulitan pun segera terselesaikan. Kalau pun dari solusi yang kita dapat belum dapat menyelesaikan kesulitan, maka kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah kita lakukan itu, selanjutnya kita lakukan evaluasi, kenapa solusi yang pertama belum dapat menyelasaikan kesulitan, apa yang perlu diperbaiki. Dari evaluasi itu kembali kita rumuskan solusi yang lebih baik untuk keluar dari kesulitan demi kesulitan.

Yakinkan dalam hati, bahwa Allah tidak membebankan suatu tugas di luar batas kemampuan kita. Allah  memberi cobaan pasti sudah disesuaikan dengan kemampuan kita. Selanjutnya kita maksimalkan pikiran kita, bukan perasaan. Kita maksimalakan pikiran untuk mencari solusi atas apa yang kita hadapi. Selanjutnya setelah solusi kita dapat segera realisasikan dengan tindakan nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar